LearningOutcomes (Capaian Pembelajaran) terkait: dasar ketatausahaan, fungsi dan peranan ket Matrik Pembelajaran: u Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Pegalaman Belajar Materi Pokok Metode Strategi Pembelajaran Kriteria/-Teknik Penilaian Sumber 1. Berfikir kritis tentang berbagai konsep manajemen perkantoran Diskusi Mendengar Melihat
MOTIVASIDan PRINSIP MOTIVASI DALAM BELAJAR Disusun oleh. Demikianlah 33 contoh pertanyaan tentang pembelajaran daring beserta jawabannya. BimbelCoId Salam sejahtera bagi teman teman online yang terkasih kembali lagi di dalam web BimbelCoId yang akan membahas tentang Sosialisasi Politik. Menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai
4 Meningkatkan antusias dan semangat guru dalam mengajar. Kepedulian seorang guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apabila guru tidak antusias dan tidak semangat dalam proses belajar mengajar maka siswa akan tidak termotivasi dalam proses pembelajaran.
Itudia uraian mengenai hak dan kewajiban di sekolah. Menurut Buku Ajar Mata Pelajaran Sekolah Dasar PKN dan Pancasila, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar dan mendapat pendidikan formal, melainkan juga sebagai sarana melatih siswa dalam mengetahui hak dan kewajibannya sebagai siswa di sekolah.
Motivasibelajar sangat penting agar proses pembelajaran bisa dipahami oleh seorang pelajar. Sebenarnya, belajar bukanlah suatu kewajiban yang diperuntukkan oleh pelajar saja. Namun setiap orang berhak untuk selalu belajar melalui caranya masing-masing. Hidup di era modern seperti ini membuat belajar merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Bela negara merupakan hak sekaligus kewajiban warga negara. Bentuk bela negara pun bermacam-macam. Seorang dokter melakukan bela negara dengan merawat orang sakit, seorang guru melakukan bela negara dengan mengajar, peserta didik melakukan bela negara dengan belajar. Dari ketiga contoh bela
5qp9. Hadits Tarbawi - Kewajiban Belajar & MengajarHadits Tarbawi - Kewajiban Belajar & MengajarDanang Budi PramonoManusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh.
Tafsir Tarbawi Kewajiban Belajar Mengajar At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”[1] Dalam ayat ini, terdapat dua lafadz fi’il amr yang disertai lam amr, yakni supaya mereka memperdalam ilmu agama dan lafadz supaya mereka memberi peringatan, yang berarti kewajiban untuk belajar dan mengajar. Menurut Al Maraghi ayat tersebut member isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama wujub al tafaqqub fi al din serta menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah di dirikan serta mengajarkanya pada menusia berdasarkan kadar yang diperkirakann dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang apada umumnya yang harus dikerahui oleh orang-orang yang beriman. Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk kedalam perbuatan yang tergolong mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut kedudukanya lebih tnggi dari mereka yang keadaanya tidak sedang berhadapan dengan musuh.[2] Maka Inti dari ayat diatas adalah tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang jihad, namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam. Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami, bahwa mencari jihad itu tidak hanya berperang melawan musuh, tetapi mencari ilmu itu juga termasuk jihad. karena seandainya tidak ada orang yang mencari ilmu maka generasi muda Islam tidak akan tahu apa-apasoal ilmu. Dan perlu diketahui bahwa jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu tidak melawan orang kafir. sebagaimana hadits Nabi SAW, yang berbunyi “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, “Jihaad al-qalbi jihad hati.’ Di dalam riwayat lain disebutkan jihaad al-nafs”. lihat Kanz al-Ummaal, juz 4/616; Hasyiyyah al-Baajuriy, juz 2/265. Referensi [1] Mushaf Wakaf, Al-Qur’an Terjemah, Jakarta Forum Pelayan Al-Qur’an, 2013, hal. 206. [2] Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV, Beirut Dar al-fikr, hal. 48.
Kewajiban belajar mengajar Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah tafsir tarbawi Dosen Pengampu syarif hidayat, Disusun oleh kelompok I Ali fathurrohman Herwin juweri Eva susanti Ida laila Irma ratna sari PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH TAHUN 2019 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education. Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia min al-mahd ila> al-lahd. Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu pendidikan. Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini. Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang kewajiban belajar mengajar dalam Al-alaq ayat 1-5, Al-Ghasiyah ayat 17-20, At-taubah ayat 122, Ali-Imran ayat 191 Dan Al-Ankabut ayat 19-20. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk belajar, karena “belajar” telah dimulainya bahkan sebelum berbentuk sebagai manusia yaitu ketika masih berbentuk spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan eksistensinya ditengah 200-600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk survive menembus ovum untuk kemudian menjadi cikal bakal manusia yang mendiami rahim. Banyak diantaranya yang gugur ditengah jalan dan uniknya hanya satu atau dua sperma yang berhasil finish mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sementara yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah dibuahi. Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan kepandaian, keterampilan. Belajar adalah sesuatu yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya untuk menunjukkan eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan mengajar adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu; memberi pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar yang menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran. Maka berbicara tentang belajar mengajar, tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai objek dari kegiatan ini. Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap kegiatan belajar dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam al-Qur’an, dan pada yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Yang dimakud dengan belajar mengajar pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja, dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu. Kewajiban Belajar dalam Al-Qur’an Tafsir QS. Al Alaq 1 – 5 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2 اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5 Artinya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan 1 Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 2 Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3 Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam 4 Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 5 QS Al Alaq 1-5” Tafsir Ayat Disebutkan dalam hadits-hadits sahih bahwa Nabi Muhammad saw. Mendatangi gua hira’ untuk tujuan beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari didalam gua, beliau dikejutkan oleh mlaikat pembawa wahyu ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Yang ketika barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat yaitu surah al Alaq 1-5. Kemudian Nabi kembali kerumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya mengatakan “slimutilah aku, Slimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturrahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orng yang tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh ibnu Naufal ibnu Abdill-Uzzaanak paman Khadijah dan menceritakannya. Munasabah dengan surah sebelumnya At-Tin menurut tertib usmani, pada surah sebelumnya Allah menjelaskan proses kejadian yang bentuk paling baik. Pada surah ini Allah menjelaskan asal kejadian manusia yang diciptakan dari segumpal darah. Hanya saja dalam surah ini dijelaskan tentang keadaan hari kiamat yang merupakan penjelasan bagi surah yang lalu. Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan mahluk mampu membuatmu membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah menciptakan manusia dari segumpak darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh mahluk bumi, perintah membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Dengan demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaanya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah-olah ayat-ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik. Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya. Kandungan ayat ini adalah mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil hati dalam menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang di perintahkan-Nya, pada akhir surat Ad-dhuha.[6] Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Dan akarena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang bersumbar dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak. Huruf ب ba’ pada kata bismi juga yang memahami sebagai fungsi pernyataan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti “bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. Ali-Imran ayat 191 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Artinya 191. yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. TAFSIR Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam Ulul Albab, yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat Allah berdzikir di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas, تفكرافى اخلق ولاتتفكروافى اخا لق “Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.” Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan. Pada ujung ayat ini “Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka” kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. Al-Ankabut ayat 19-20. أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ كَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥٓۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ١٩ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠ Artinya “19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20. Katakanlah "Berjalanlah di muka bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Tafsir Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada penciptaan pertama itu. Dikali pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih dahulu. Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun Allah akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan sesuatu yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya, daripada menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu. Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt untuk melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya bukti ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan akhirat. Dalam Al-Qur’an surat ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan kehidupan manusia dalam berbagai generasi, serta tingkat, konteks, dan sarana yang meraka miliki. Masing-masing menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna kemaslahatan hidup manusia dan perkembangannya tanpa henti. D. Kewajiban Mengajar Dalam Al Quran Asy Syu’ara 26 214 proses belajar mengajar الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ Artinya ` Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat`` Menjelaskan bahwa menurut ibnu asyur, ayat ini tertuju kepada nabi Muhammad Saw. Kata `asyirah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata aasyaro yang berarti saling bergaul karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang yang sehari hari saling bergaul. Sedangkan kata al aqrabiin yang menyifati kata `asyirah merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang dekat. Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasulullah saw dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti nabi saw dan keluarga beliau tidak kebal hukum juga tidak lepas dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasulullah saw, karena semua adalah hamba allah swt tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, itu disebabkan keberhasilan mereka mendekat kepada allah swt dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia. Asbabunnuzul ayat Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ rosulullah saw memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian keluarga yang terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin merasa terabaikan sehingga allah menurunkan ayat selanjutnya 215 sebagai perintah untuk juga memperhatikan kaum mu’minin lainnya. Hal ini diriwayatkan oleh ibnu jarir yang bersumber dari ibnu juraij. Al Imran 104 الْمُفْلِحُونَ هُمُ وَأُولَئِكَ الْمُنْكَرِ عَنِ وَيَنْهَوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَأْمُرُونَ الْخَيْرِ إِلَى يَدْعُونَ أُمَّةٌ مِنْكُمْ وَلْتَكُنْ Artinya `Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat manusia yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung` Kata مِنْكُمْ pada ayat tersebut, ada ulama yang memahami dengan arti sebagian, dengan demikian perintah berdakwah yang dipesankan olah ayat tidak tertuju pada setiap orang. Ada pula ulama yang memfungsikan kata مِنْكُمْ dalam arti penjelasan, sehingga ayata ini merupakan perintah kepada setiap orang muslim untuk mellakukan tugas dakwah, sesuai dengan kemampuannya. Karena itu, lebih tepat memahami kata مِنْكُمْ pada ayat diatas dalam arti sebagian kamu tanpa menutup kewajiban setiap muslim untuk saling ingat mengingatkan. Berdasarkan firman Allah surat al-Asyr yang menilai semua manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh serta saling ingat mengingatkan tentang kebenaran dan ketabahan. Dalam ayat tersebut terdapat dua kata yang berbeda dalam rangka perintah dakwah. Pertama يَدْعُونَ yakni mengajak dan yang kedua ya’muruna yakni memerintahkan. Apa yang diperintahkan oleh ayat tersebut berkaitan dengan dua hal , mengajak berkaitan dengan al-khoir sedangkan memerintahkan berkaitan dengan perintah melakukan yang berkaitan dengan al-makruf, sedangkan perintah untuk tidak melakukan yakni melarang dikaitkan dengan al-munkar Shihab 208 2002 menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang bahkan kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupakan dan hilang, jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak diulang ulangi mengerjakannya. Di sisi lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong kepada pengalaman dan meningkatkan kualitas amal sedang pengamalan yang terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar mengamalkannya. Kalau demikian itu halnya, manusia dan masyarakat perlu selalu diingatkan dan diberi keteladanan. Inilah inti dakwah islamiyah. Dari sini lahir tuntutan ayat ini dan dari sini pula terlihat dengan tuntutan yang lalu. Kalaulah tidak semua anggota masyarakat dapat melaksanakan fungsi dakwah, hendaklah ada diantara kamu, wahai orang yang beriman segolongan ummat, yakni kelompok yang pandangan mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya yang mangajak kepada orang lain, secara terus menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan, yakni petunjuk petunjuk Illahi, menyuruh masyarakat kepada yang makruf yakni nilai nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai Illahiyah, dan mencegah mereka dari yang munkar, yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat. Mereka mengindahkan tuntunan ini dan sungguh tinggi lagi jauh martabat kedudukannya itulah orang orang yang beruntung, mendapatkan apa yang mereka dambakan di kehidupan dunia dan akhirat. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu pendidikan, Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan dunia juga. Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu dikarenakan seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia ini. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu. Muhammad 24 Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT. At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang. Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendukung pembelajaran. B. SARAN Tentunya penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penyusun berharap kepada para pembaca dan penyimak makalah ini untuk bersedia memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya konstruktif untuk kemudian bisa lebih memperbaiki lagi dalam penysunan makalah serupa yang akan datang.
AYAT – AYAT TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, dan mengajar adalah membimbing peserta didik belajar. Sebagaimana Alloh menuliskan dalam Alqur’an. Alqu’an adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alqur’an terdapat kandungan ilmu pengetahuan akidah, ibadah kepada Allah taat tunduk kepada-Nya , akhlak baik yang terpuji maupun yang tercela dengan mengutus Nabi Muhammad untuk memperbaiki akhlaq setiap manusia yang dibumi, hukum-hukum yang berisi perintah dan larangan, juga peringatan kepada manusia akan ancaman Allah berupa siksa neaka dan juga kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa ni’mat syurga, sejarah dan kisah-kisah orang-orang yang terdahulu baik yang taat maupun yang ingkar serta dorongan untuk berfikir. Di dalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas bahasan yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapat manfaat dan juga membuktikan kebenarannya. Namun banyak dikalangan manusia meragukan keesaan-Nya. Rumusan Masalah Apa saja ayat yang menerangkan tentang kewajiban belajar dan mengajar di dalam alqur’an? Tujuan Memahami ayat yang menerangkan tentang kewajiban belajar dan mengajar di dalam alqur’an. BAB II PEMBAHASAN Ayat-ayat Tentang Kewajiban Belajar Mengajar Al alaq/96 Ayat 1-5 ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya Surat al a’la ayat 1-5 adalah ayat alqur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad ketika sedang berkhalwat di Gua Hiro. Surat di atas proses belajar mengajar berlangsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. melalui metode membaca iqro’. Tuhan melalui malaikat jibril ingin agar nabi Muhammad membacakan segala sesuatu yang disampaikan oleh malaikat jibril. Iqro’ fi’il amr yang tidak memiliki obyek atau maf’ulnya,. Hal ini menunjukkan bahwa yang dibaca itu mencakup berbagai hal yang amat luas. Iqro’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanyan berarti menghimpun. Tetapi disini iqro’ diartikan membaca, menelaah, menyampaikan. Perintah iqro’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat, dan diri sendiri, dan tidak hanya membaca yang tersurat atau tertulis melainkan termasuk yang tersirat atau tidak tertulis. Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca. Al Maraghi, 1987346. Kholaqol innsaana min alaq Ayat pertama bagaikan menyatakan bacalah wahyu-wahyu illahi yang sebentar lagi akan banyak kau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan syarat hal tersebut harus engkau lakukan dengan atau demi nama Tuhan yang selalu memelihara dan membimbingmu dan yang mencipta semua makhluk kapan dan dimanapunquraisy shihab. Iqro’ warobbukal akrom Ayat kedua menjelaskan bahwa Allah adalah Pencipta segala yang wujud, maka ayat dua menjelaskan ciptaan-Nya, yang kepadanya ditujukan wahyu-wahyu alqur’an yakni manusia yang diciptakan-Nya dari a’alaqsegumpal darah Sesungguhnya Dzat Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi, mampu pula menjadikan Nabi Muhammad saw. bisa membaca, sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis. Al Maraghi, 1987346. Iqro’ warobbukal akrom, ayat ketiga mengulangi perintah membaca sambil memperkenalkan Allah sebagai Dzat yang akram, yakni Maha Baik dan Maha Pemurah, yang kemurahannya tidak dapat dilukiskan karena melampaui batas harapan, Kerjakanlah apa yang Aku perintahkan, yaitu membacaquraisy shihab. Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulangnya perintah Ilahi berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi Muhammad saw. Perhatikan firman Allah berikut ini, سنقرئك فلاتنسى Kami akan membacakan Al Quran kepadamu Muhammad maka kamu tidak akan lupa. QS Al A’la 6. Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” Kemudian Nabi Muhammad SAW. menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Artinya, saya ini buta huruf – tidak bisa membaca dan menulis – Al Maraghi, 1987347. ayat ke 4 dan 5 menjelaskan sebagian dampak kemurahan-Nya dengan menyatakan bahwa Dia yang mengajar manusia dengan pena, yakni melalui sarana yang diusahakan oleh manusia. Allah menjadikan nabi-Nya pandai membaca, pada ayat ke 5 terbuktilah tentang tingginya nilai membaca , menulis ilmu pengetahuan, nabi yang mengaku kepada malaikat jibril tidak pandai membaca dengan mengemukakan dua hujjah; pertamaAllah mengajar manusia dengan pena, kedua Allah mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan pena atau qalam melatih mereka kemahiran menulis dan keupayaan mencatat sejarah manusia, pengetahuan, budaya mereka quraisy shihab. Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik”. Al Maraghi, 1987347-348. Sungguh jika tidak ada qalam, maka anda tidak akan bisa memahami berbagai ilmu pengetahuan, tidak akan bisa menghitung jumlah pasukan tentara, semua agama akan hilang, manusia tidak akan mengetahui kadar pengetahuan manusia terdahulu, penemuan-penemuan, dan kebudayaan mereka. Dan jika tidak ada qalam, maka sejarah orang-orang terdahulu tidak akan tercatat – baik yang mencoreng wajah sejarah maupun yang menghiasinya. Dan ilmu pengetahuan mereka tidak akan bisa dijadikan penyuluh bagi generasi berikutnya. Dan dengan qalam bersandar kemajuan umat dan kreatifitasnya Al Maraghi, 1987348-349. Al Ghassiyah ayat 17-20 xsùr& tbrãÝàYt n<Î ÈÎ/M}$ yø2 ôMsÎ=äz ÇÊÈ n<Îur Ïä!$uK¡¡9$ yø2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Îur ÉA$t6Ågø$ yøx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Îur ÇÚöF{$ yøx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? . Qomaroddin shaleh mengemukakan Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah. “ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah. Allah berfirman guna memberitahukan kepada para abdinya untuk memperhatikan mahluk-mahluknya yang menunjukkan pada kekuasaandan keagungannya, “ maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”. Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menabjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat. Dan, unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa walaupun demikian, dia ditundukkan untuk menangung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. Mereka diingatkan dengan hal ini karena bagi bangsa arab, binatang yang paling akrab dengan kehidupan mereka adalah unta. “Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?” yaitu, bagaimana allah ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung. “dan gunung- gunung ditinggikan bagaimana dia ditegakkan?” yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya; dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang. “Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan? “yaitu, bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang arab badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka beripa unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dari semua ini tentang kekuasaan Dia yang telah menciptakan. Dan bahwa dia adalah Raab yang mahaagung dialah yang pencipta, pemilik dan pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan selain dia semata. Allah ta’ala berfirmanmaka berilah peringatan karena sesungguhnya kalian orang-orang yang memberi bukan orang-orang yang berkuasa ats mereka “yaitu berilah peringatan Wahai Muhammad dengan risalah yang kamu bawa kepada mereka itu karena kewajibanmu itu hanyalah menyampaikan, sedangkan perhitungan terserah sebabnya Allah ta’ala berfirman”kamu bukannlah orang-orang yang berkuasa atas mereka”yaitu kamu tidak dapat menciptakan keimanan didalah hati mereka. Ali Imron ayat 190-191 إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Abudin Nata 2002131 Menurut riwayat Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad Bin Muhammad bin Yahya al-Abidiy, Ahmad bin Najdah, Yahya bin Abdul Hamid al-Mahany, Ya’qub al-Qumy, Ja’far bin Abi al-Mughirah, Sa’id bin Jubair dari Ibn Abbas, bahwa orang Quraisy Yahudi berkata Apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab Tongkat dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata Bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka menjawab Menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan orang mati. Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata Coba engkau rubah bukit Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat tersebut. Shaleh mengemukakan Tujuan utama surah Ali Imran adalah pembuktian tentang tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah. Hal ini ditegaskan pada ayat ini dan ayat yang sesudanya. Salah satu bukti kebenaran hal tersebut adalah undangan kepada manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat dilangit, atau dalam pengaturan system kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemaha kuasaan Allah bagi ulul yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni. Dan orang-orang yang seperti ini apabila berfikir dan merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kuasaan Allah SWT. At Taubah ayat 122 ۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢ tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Allah menurunkan ayat 122 sebagai penegasan tentang larangan bagi kaum muslimin berangkat perang secara keseluruhan dan ayat ini memberikan tuntunan agar sebagian kaum muslimin menuntut ilmu agama, sementara yang lain berangkat jihad. Nilai pahala keduanya sama. Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum mukmin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya kepada seluruh umat manusia. Jadi bukan bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli kebanyakan orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang zhalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendaraan maupun dalam persaingan diantara sesama mereka. Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin. Orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah, membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang pada selain situasi ketika mempertahankan agama menjadi wajib ain bagi setiap orang. Al Maraghi, 198786 Al Ankabuut ayat 19-20 أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ كَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥٓۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ١٩ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠ dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah “Berjalanlah di muka bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [1147] Maksudnya Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat Nasib Ar-Rifa’i 1999 635 Disini Allah menegaskan bahwasanya bilamana orang-orang kafir tidak percaya bahwa Allah SWT yang maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh rasu-rasul-Nya,maka mereka di ajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah SWT yang menciptakan pada sebelumnya bukanlah sesuatu yang disebut-sebut yakni tiada . Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat melihat dan mendengar. Maka tuhan mulai menciptakan dan mampu mengembalikanya dan menjadi hidup kembali. Dan sesungguhnya mengembalikan dan menhidupkan kembali itu mudah dan ringan bagi-Nya. Kemudian Ibrahim memberi petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam-macam kekuasaan tanda kebesaran Allah yang telah menciptakannya, yaitun langit-langit, dan bintang-bintang yang ada padanya baik yang bersinar maupun yang tetap beredar dan semua yang menunjukan adanya penciptaan. Menurut Quraisy Shihab 2006236 Perintah berjalan kemudian dirangkai dengan perintah melihat seperti firman-Nya ditemukan dalam al qur’an sebanyak tujuh kali, ini mengisyaratkan perlunya melakukan apa yang diistilahkan dengan wisata ziarah. Dengan perjalanan itu manusia dapat memperoleh suatu pelajaran dan pengetahuan dalam jiwanya yang menjadikannya menjadi manusia terdidik dan terbina, seperti dia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat. Ayat di atas adalah pengarahan Allah untuk melakukan riset tentang asal usul kehidupan setelah itu menjadikan bukti. Sebagai tambahan perjuangan mencari ilmu pengetahuan merupakan tuagas atau kewajiban bagi setiap muslim baik bagi laki-laki maupun wanita. BAB III PENUTUP Kesimpulan Surat Al Alaq ayat 1-5 Untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, dianjurkan untuk membaca baik itu yang berupa pelajaran formal ataupun umum. Mencari ilmu tidak hanya membaca akan tetapi perlu bantuan untuk mengajarkannya. Manusia diciptakan dari segumpal darah yang lemah. Surat Al Ghossiyyah Manusia diciptakan untuk beribadah dan bertafakur atas segala ciptaan allah yang tiada bandingnya. Sungguh Terdapat banyak ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui, Banyak terdapat contoh-contoh yang baik pada binatang seperti unta. Dengan ayat-ayat ini manusia dapat mengetahui kekuasaan allah secara nyata. Kewajiban kita mengajarkan ilmu sesuai dengan kemampuan kita tanpa memaksa siapa yang mau diberi ilu, karena Allahlah dzat yang menggerakkan hati setiap manusia. Surat Al Imron Dengan mengetahui pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmu sains maka menambah ketakwaan kepada allah Akal fikiran tidak berguna jika tidak digunakan untuk bertafakur kepada allah Bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran allah serta memikirkan segala mahluqnya yang menunjuk kepada adanya kholiq atau pencipta yang esa. At Taubah Jihad dijalan allah tidak hanya berperang dimendan perang akan tetapi juga dengan menuntut ilmu yang banyak atau memberikan ilmunya. Dengan ilmu manusia dapat menjaga diri dari mengaru yang buruk Al Ankabuut Allah maha kuasa atas segala mahluknya, dengan mudah Dia dapat merubah seseuai yang beliau kehendaki Sesungguhnya pengetahui bahwa ada hidup setelah mati dibangkitkan kembali. Seharusnya kita pun mengajarkan kebaikan kepada sesama, karena semua hal akn diperhitungkan oleh Allah. Saran Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Al maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi, CV Toha Puta, Semarang, 1987 .Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1, Gema Insani Press, Jakarta, 1999. Dahlan, AA dkk, Azbabunn Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Al qur’an, CV Diponegoro, Bandung Nata, Abidin, Tafsir Ayat-ayat PendidikanTafsir Al-ayat Al-Tarbawiy, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Al Mahali Imam Jalaludin dan As Suyuti Imam Jalaludin, Tafsir Jalalain Jilid 1. Bandung. Sinar Baru Algensindo, 2014, Al Mahali Imam Jalaludin dan As Suyuti Imam Jalaludin, Tafsir Jalalain Jilid 2. Bandung. Sinar Baru Algensindo, 2014, hlmn. 1316
Belajar adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap orang. Foto PixabayBelajar adalah hal dasar yang harus dilakukan setiap orang. Baik anak-anak maupun orang dewasa, belajar menjadi kunci penting yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tidak terbatas waktu. Artinya, setiap orang dalam rentang usia apa pun dapat dengan bebas untuk belajar melalui pendidikan formal, atau belajar dari pengalaman yang telah dilalui semasa seorang anak-anak, belajar adalah kewajiban yang harus dilakukannya. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan wajib belajar 12 tahun, yaitu mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah atas atau masalah tentang pendidikan untuk masyarakat Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 pasal 31, yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, serta pemerintah wajib menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang. Lantas, mengapa belajar merupakan kewajiban? Apa pentingnya dan tujuan belajar dalam kehidupan seseorang? Simak jawaban selengkapnya berikut mengapa belajar merupakan kewajiban. Foto PixabayMengapa Belajar Merupakan Kewajiban?Pengertian belajar menurut para ahli dikutip dalam skripsi Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Tgt Teams Games Tournament pada Materi Sumber Daya Alam Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN Cipedes karya Riza Agustina, yaituMenurut Ratna 2011, belajar adalah proses yang mengakibatkan suatu organisasi berubah perilakunya karena suatu Ahmad 2016, belajar merupakan aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi antara seseorang dengan lingkungan, serta menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai yang relatif dan Mujiyono 2013, belajar adalah suatu perilaku, yang hasilnya merupakan respon baik dalam suatu pada intinya, belajar merupakan segala aktivitas manusia yang berkaitan dengan perubahan perilaku, penambahan ilmu pengetahuan, serta keterampilan. Belajar dapat berlangsung dalam bentuk interaksi dan menghasilkan sesuatu yang baik bagi jawaban atas pertanyaan tentang mengapa belajar merupakan kewajiban, yaitu karena belajar dapat mengubah perilaku seseorang. Belajar mempunyai beberapa tujuan yang bernilai baik dan akan bermanfaat bagi kehidupan seseorang di masa yang akan banyak tujuan belajar dalam kehidupan seseorang, salah satunya adalah untuk merubah kebiasaan tingkah laku. Foto PixabayTujuan Belajar dalam Kehidupan SeseorangDikutip dalam sumber yang sama, beberapa tujuan belajar yang dapat membawa keuntungan bagi mereka yang melakukannya adalah sebagai Membuat perubahan di dalam diri, khususnya dari segi tingkah lakuContoh perubahan di dalam diri karena belajar adalah ketika kecil, seseorang cenderung egois dan cengeng. Setelah masuk ke sekolah dasar, ia akan berubah menjadi pribadi lebih mandiri dan tidak egois karena sering seterusnya ketika ia masuk SMP kemudian SMA, akan ada perubahan diri dari seseorang yang didapatkan melalui proses belajarnya di lingkungan yang Mengubah kebiasaan, yang sebelumnya buruk kemudian menjadi baikContohnya, yaitu mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok karena telah mendapatkan pelajaran tentang bahaya merokok bagi kesehatan tubuh di Dapat mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainyaMisalnya, seseorang di usia remaja sering menentang perintah orang yang lebih tua, karena di sekolah ia belajar tentang pentingnya rasa hormat, ia menyadari bahwa perilakunya salah dan berubah menjadi lebih hormat kepada orang Meningkatkan keterampilan atau kecakapanContohnya dalam hal olahraga, seseorang yang awalnya tidak terampil bermain kasti, karena kesungguhannya untuk belajar, ia pun dapat bermain bola kasti dan mengerti teknik-teknik dasar Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmuTentunya, melalui belajar seseorang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuannya, yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, setelah ia belajar maka ia akan bisa melakukan hal-hal dasar artinya belajar tidak terbatas waktu? Berapa lama waktu wajib belajar yang ditetapkan pemerintah? Apa landasan hukum Indonesia yang membahas soal pendidikan?
pertanyaan tentang kewajiban belajar mengajar